Di artikel sebelumnya , saya sudah membahas mengenai tren di kalangan generasi millenial yang lebih suka bekerja secara mobile. Terang saja,...
Di artikel sebelumnya, saya sudah membahas mengenai tren di kalangan generasi millenial yang lebih suka bekerja secara mobile. Terang saja, ini adalah tren yang tidak bisa dibendung. Kebiasaan mereka sehari-hari yang tidak bisa lepas dari gadget terbawa hingga urusan pekerjaan. Gen Y ini akan lebih enjoy jika diberi keleluasaan dalam bekerja yang tidak menuntut harus kerja di dalam kantor. Jika diberi pilihan bekerja di perusahaan yang dinamis atau konvensional — bekerja itu harus di kantor- sudah jelas pilihannya ke yang menawarkan fleksibilitas.
Terlebih jika melihat dalam konteks bekerja di kota besar seperti Jakarta, tempat bekerja yang fleksibel adalah pilihan terbaik. Karena untuk menuju ke kantor saja butuh perjuangan ekstra. Tak sedikit yang berangkat kerja dari rumah sehabis subuh agar sampai kantor jam 8–9. Bayangkan, berapa jam waktu yang terbuang di jalan, berapa besar pemborosan yang harus dikeluarkan untuk bahan bakar.
Di sisi lain, gejala seperti itu lambat laun akan memengaruhi alur kerja di perusahaan. Mau tidak mau, perusahaan harus bisa beradaptasi dengan perkembangan yang ada. Ini memang menjadi tantangan bagi perusahaan, terutama divisi IT agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Dampak dari generasi muda yang melek IT, bisa memaksa perusahaan untuk mengubah pola kerja yang lebih dinamis. Studi VMware MeConomy 2014 semakin membuktikan fakta bahwa pada angkatan kerja Gen Y ini terbentuk sebuah pola pikir mobile. Sebanyak 79% dari responden yang bekerja di APJ (Asia Pasifik dan Jepang) mengatakan mereka bisa bekerja di mana saja, dengan tingkat respon yang lebih kuat di kalangan mahasiswa ( 85 % ). Yang menarik, 92 % dari mahasiswa yang disurvei mengatakan mereka biasa bekerja di luar kantor, jelas bahwa ada tempat-tempat lain lebih dari sekadar hanya bekerja di mana saja (work on the go). Di mana tempat yang tepat untuk bekerja? Yang menduduki rating paling atas tempat itu adalah rumah (home office), diikuti oleh kantor perusahaan dan kemudian kedai kopi.
Sekarang ini, orang yang bekerja di kedai kopi bukan hal yang baru lagi. Ada beberapa teman yang bekerjanya dari kafe ke kafe karena memang kantornya virtual dan kebanyakan pelaku startup atau bisnis online yang skalanya terhitung kecil. Namun bagi perusahaan yang memiliki karyawan ratusan, dengan data internal yang sensitif, bekerja di kafe dengan akses internet Wi-Fi publik dianggap rentan terhadap masalah keamanan.
Nah, bagaimana agar para karyawan millenial yang bekerja di korporasi tersebut kebutuhannya terpenuhi untuk bekerja secara fleksibel, namun memiliki tingkat keamanan yang tinggi? Jawaban yang paling tepat, tentu adalah virtualisasi. Solusi ini bisa memenuhi harapan karyawan hari ini sekaligus untuk memelihara produktivitasnya. Di APJ sendiri, sekitar 38% bisnis saat ini telah tervirtualisasi. Ini berdasarkan temuan di VMware Cloud Index 2013. Virtualisasi tidak hanya menguntungkan dalam hal fleksibilitas bekerja untuk mendukung produktivitas, tetapi juga efisiensi biaya yang cukup besar. Perusahaan bisa menghemat biaya untuk konsumsi listrik dan bandwidth internet di kantor. Karyawan pun bisa menghemat waktu dan biaya karena tidak perlu ke kantor.
Tak hana sekadar virtualisasi, Bagian IT juga perlu membangun sistem cloud sebagai kunci yang memungkinkan organisasi untuk bereaksi terhadap kebutuhan karyawan yang berubah dengan cepat. Cloud lebih dari sekadar penghematan biaya, tetapi jug mengenai bertahan hidup. Karena jika bisnis tidak dapat memberikan pengalaman komputasi yang diinginkan karyawan, mereka tidak akan kompetitif di masa depan.
Tantangan berikutnya muncul. Bagian IT akan menghadapi banyak produk yang terfragmentasi dalam ruang pengguna dengan beberapa solusi unified. Dalam hal ini, apa yang ditawarkan VMware cukup menarik. Yakni memungkinkan perusahaan dapat mengambil pendekatan yang bersifat user- centric untuk komputasi personal. Solusi ini menjamin akses aman ke aplikasi dan data dari perangkat apapun, di manapun dan kapanpun pengguna membutuhkannya. Bisnis tidak hanya akan memiliki akses ke pada yang memiliki keahlian tepat dalam semua komponen end-user yang berbeda, tetapi juga dapat mengadopsi pendekatan terpadu.
Sudahkah perusahaan Anda siap beralih ke virtualisasi untuk memenuhi kebutuhan karyawan? Jika ingin tahu lebih jauh mengenai solusi VMware Horizon 6 dari VMware Indonesia, ada baiknya kita melihat tayangan YouTube ini.
COMMENTS