Beberapa hari yang lalu, bos saya memberi selembar surat dan satu jilid “Laporan Penyelenggaraan Seminar Animasi dan Open Source Software” y...
Beberapa hari yang lalu, bos saya memberi selembar surat dan satu jilid “Laporan Penyelenggaraan Seminar Animasi dan Open Source Software” yang diselenggarakan oleh salah satu Sekolah Kejuruan di pinggir Jakarta. Kami diberi Laporan tersebut karena sebagai salah satu pendukung acara tersebut. Melihat Laporan yang dijilid “abal-abal” seadanya dengan plastik mika bolak balik ini mengingatkanku beberapa tahun silam ketika masih SMA dan juga ketika Kuliah. Tentu, ketika masih sekolah Anda juga pernah menjadi panitia suatu acara kan? Entah itu acara seminar ataupun pesta seni.
Yang membuat tertegun adalah ketika melihat di bagian laporan keuangan. Nyata sekali ada penggelembungan biaya dari normalnya. Apakah ini telah menjadi kebiasaan bagi panitia sejak masa sekolah ya? Kalau membuat proposal atau laporan seringkali ditulis lebih dari yang ada atau di mark up. Sejak dini, benih-benih korupsi itu telah mulai tertanam.
Ketika dulu menjadi panitia, saya tidak terlibat dalam penentuan biaya ini itu. Karena saya memang tidak jago berorganisasi dan tidak menonjol dibanding yang lain, sehingga seringnya hanya kebagian menjadi staff abal-abal. Penggelembungan itu ada walaupun seingatku nilainya tidak besar atau masih wajar?. Nah, ketika membaca Laporan yang baru aku baca sekarang ini, aku jadi surprise karena mengambil keuntungannya lewat penggelembungan itu besar banget. Ada beberapa hal janggal yang aku temui.
Ini hanya sekedar sampel, jika ada kemiripan nama atau lokasi, itu mungkin karena kesengajaan. :D
Di surat yang kubaca, tertulis jumlah biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.950.000. Hmmm..saya belum pernah mengadakan seminar dengan biaya sebesar ini untuk level sekolahan. Okeylah…kalau memang acaranya besar gak papa kok, lagian disitu ditulis Data Pendukung Terlampir.
Inilah beberapa rincian laporan yang menurut saya janggal atau terlalu besar
- Rapat Panitia (5x) = Rp. 1.500.000 (aku dulu kalo rapat malah gak ada biayanya, karena memang tidak mengeluarkan biaya apa-apa. Rapat bisa langsung di sekre atau ruang kelas)
- Sewa Gedung = Rp. 3.000.000 (ahh…mosok gedung di sekolah sendiri pake sewa :D)
- Dekorasi & Spanduk = Rp. 2.000.000 (di foto dokumentasi yang difotokopi hitamputih, saya hanya melihat ada spanduk kecil di depan)
- Sewa infocus/LCD & komputer = Rp. 2.000.000 (katanya ini SMK maju, jadi seharusnya udah punya sendiri dan seharusnya juga gak perlu sewa)
- Dokumentasi (handycam&camera) = Rp. 1.500.000 (yang ini juga masih kurang yakin)
- Seragam panitia (50 orang) = Rp. 5.000.000 (biasanya kaos panitia harga sekitar Rp. 15.000)
- Sewa kursi = Rp. 2.000.000 (kan di sekolahan sendiri?)
- Uang saku peserta (350 orang) = Rp. 8.750.000 (bae banget, pesertanya dapat amplop 25ribu, kira-kira beneran dikasih gak ya? sayangnya panitia teledor karena di absen hanya tercatat 238 orang!)
- Transportasi tamu undangan (20 orang) = Rp. 2.000.000 (di absen hanya tertulis 9 orang! Nama-nama yang tercantum adalah pejabat dan pebisnis industri kreatif, saya yakin mereka berduit dan tidak mungkin menerima amplop dari seminar yang diselenggarakan anak sekolah, apalagi cuman 100.000 :D)
Di atas hanyalah satu contoh kasus, masih banyak lagi tentunya kasus-kasus korupsi yang dilakukan sejak dini.
Entahlah . . . . terkadang pelajar atau mahasiswa demo ganyang korupsi gini gitu. Tapi tanpa sadar, kita sendiri masuk dalam lingkaran setan tersebut. Karena korupsi seperti telah membudaya yang sulit untuk diberantas. Tapi akankah Indonesia kita begini terus?
Tentu… tentu tidak, harapan itu pasti akan selalu ada. Karena tidak semua orang juga melakukan korupsi. Hanya saja, jangan-jangan pada masa yang akan datang, bangsa kita dipimpin oleh orang-orang yang pernah korupsi. Ahhh…semoga saja tidak.
Hayooooo…. siapa yang ngaku belum pernah korupsi? . . .
Mengapa saya tidak tanya “hayooo…. siapa yang udah pernah korupsi ngaku aja?” Karena nanti kalau tim KPK sampai ada yang baca, ente semua bisa langsung kena ciduk . . hehhehe
COMMENTS