" Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo ". Ungkapan tersebut sering kita dengar dan biasa diucapkan orang jaman doelo...
"Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo". Ungkapan tersebut sering kita dengar dan biasa diucapkan orang jaman doeloe untuk menyebutkan bagaimana kondisi Indonesia atau Nusantara pada masa itu. Indonesia memang kaya raya, bumi begitu memanjakan orang yang tinggal di atasnya. Seperti halnya lagu "Kolam susu" yang dinyanyikan Koes Plus.
"Bukan lautan hanya kolam susu, Kail dan jalan cukup menghidupimu,Tiada badai tiada topan kau temui,Ikan dan udang menghampiri dirimu.Orang bilang tanah kita tanah surga,Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkah kayu dan batu jadi tanaman".
Namun kini, alam sudah sering tidak bersahabat kepada kita. Gempa bumi, gunung meletus, Tsunami, tanah longsor, angin beliung, banjir bandang, begitu juga dengan kecelakaan darat-laut-udara sering kita saksikan di berita televisi dan koran.
Seperti halnya hari ini, hujan deras mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak tadi malam hingga siang ini. Banjir sudah pasti terjadi. Hingga saya pun kena imbasnya, ke kantornya lebih molor dari biasanya. Habis Jum'atan baru berangkat, itupun masih kena hujan karena ga punya payung sehingga basah kuyup. Sering juga kita saksikan, banyak yang demo. Ada kebutuhan pokok yang harganya naik langsung demo, pedagang tempe gorengan demo, kenaikan BBM demo, gaji rendah demo, pendidikan mahal demo ingin digratiskan dan seterusnya dan seterusnya.
Intinya, banyak yang merasa hidupnya kurang sejahtera, selalu merasa kurang. Walaupun memang, ada yang kurang betulan dan ada juga yang sebenarnya cukup, tapi selalu merasa kurang.
Akhirnya sering disebutkan Indonesia negara yang miskin. Berbagai stigma negatif juga sering dilontarkan kepada Indonesia, oleh orang Indonesia sendiri maupun orang luar negeri setelah melihat kondisi Indonesia yang seperti ini.
Tapi, apakah sebenarnya terlalu seperti itu?
Sekali-kali, bolehlah main ke mall. Chikastuff tentu ahli dalam bidang ini karena sering kopdar di Mall :D. Kalau melihat kondisi Indonesia, seharusnya mall-mall elit itu sepi, hanya sedikit saja yang mau datang kesitu. Buat apa belanja ke mall elit yang harganya mahal? Di pasar bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah, mungkin bisa 10 kali atau 20 kali lebih murah dari harga mall.
Tapi faktanya, mall elit justru ramai oleh pengunjung. Apalagi tempat-tempat makan seperti kafe atau resto, selalu ramai. Karena mayoritas orang Indonesia adalah Pemuja Perut. Salah satunya tercermin dari blogger Indonesia yang merepresentasikan penduduk Indonesia tentunya. Hampir setiap kopdar selalu dibarengi dengan acara yang namanya MAKAN-MAKAN. Tentu dipilih tempat-tempat makan yang rasanya Mak Nyoosss (lidahnya kepanasan).
Kecuali, blogger-blogger yang ngumpul di mBeHa'I. Mungkin itu merepresentasikan penduduk Indonesia yang kurang sejahtera :D . Bagaimana tidak? kalau kopdar rutin lesehan cuman dibarengi dengan minum kopi yang harganya cuman Rp. 2.000. Kalaupun makan, itupun hanya makanan ringan yang dibawa dari rumah. Melasi banget yo? Begitulah :D
Saya pernah dapet voucher makan senilai Rp. 100.000 di salah satu resto di Senayan City. Wah... voucher senilai sebesar itu tentu akan cukup jika makan untuk dua orang saja, pikirku. Eh... pas pulang ternyata masih nambah Rp. 36.000. Padahal pesannya ya makan dan minum yang biasa, tidak aneh-aneh. Itupun tidak sampai kenyang. Tapi tempat itu kok ya ramai ya? Berarti satu porsi makan plus minum harganya sekitar Rp. 70.000. Sedangkan kalau saya makan di warteg langganan, rata-rata habisnya Rp. 5.000., itupun udah kenyang karena porsi warteg adalah porsi kuli.
Kebetulan juga, kalau saya diundang ke berbagai acara resmi. Menunya selalu enak-enak dan harganya pasti sangat mahal apalagi tempatnya di Hotel atau Resto. Kebetulan juga, setiap hari saya juga selalu makan di warteg atau penjual makanan di pinggir jalan. hehehhee.
Di Indonesia, orang antri beli sembako dan BBM adalah biasa disaksikan. Di Indonesia juga, orang antri panjang mengular untuk beli communicator seharga Rp. 15 juta juga lumrah. Akhir pekan kemarin, antri serupa juga terjadi pada saat peluncuran perdana Asus Eee PC yang harganya Rp. 3,6 juta - 3,9 juta itu. 300 laptop mini langsung ludes terjual, itupun masih separoan orang yang tidak kebagian sehingga terpaksa meninggalkan nomor kontak jika stok tersedia.
Harga segitu memang murah untuk kelas laptop, cocok untuk anak sekolah atau orang menengah kebawah yang ingin belajar komputer. Tapi siapa yang beli? Mayoritas adalah orang dari kelas menengah ke atas. Saya yakin, mereka di rumah kebanyakan sudah memiliki notebook yang tentu harganya mahal.

Antri sembako, sumber gambar tanpa ijin di sini.

Antri beli E90 communicator, comot gambar tanpa ijin di sana

Antre beli Asus Eee PC, comot gambar tanpa ijin sumber disitu
Kesenjangan sosial di Indonesia memang sangat terasa. Jurang pemisah antara si miskin dan si kaya sangat besar. Yang miskin memang banyak, tapi yang kaya juga bejibun. Yang miskin semiskin miskinnya banyak, yang kaya se kaya kayanya juga ada.
Ambil contoh yang kaya adalah keluarga Cendana, entahlah mengapa, walaupun saya sebenarnya sangat males menuliskan tokoh tersebut, akhirnya juga ikutan menulis, tapi tidak saya sebutkan namanya lo.... Keluarga tersebut memiliki kekayaan yang sangat berlimpah, di Indonesia apalagi di luar negeri. Rumah mewah, kapal pesiar, jalan tol, saham dan uang di bank tersebar di berbagai negara maju di dunia.
Keluarga Barie juga sempat diganjar Forbes Asia sebagai yang terkaya di Indonesia dengan kekayaan cuma USD 5,4 billion.
Sayangnya kita tidak mewarisi kekayaan mantan orang nomor 1 di Indonesia tersebut, kita hanya mewarisi utang trilyunan itu yang kita bayar lewat bayar pajak. Kita juga tidak kecipratan pundipundinya Ical, jangankan kita, korban lumpur Lapindo juga masih kesusahan. :P
Untungnya, sudah ada blogger yang bisa menjadi teladan dengan memiliki segepok uang hingga yang duitnya meteran :)
Jadi, Indonesia itu adalah negara kaya yang miskin atau negara miskin yang kaya? Trus, eniwe betewe baswe otewe, dimanakah posisi sampeyan?
"Bukan lautan hanya kolam susu, Kail dan jalan cukup menghidupimu,Tiada badai tiada topan kau temui,Ikan dan udang menghampiri dirimu.Orang bilang tanah kita tanah surga,Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkah kayu dan batu jadi tanaman".
Namun kini, alam sudah sering tidak bersahabat kepada kita. Gempa bumi, gunung meletus, Tsunami, tanah longsor, angin beliung, banjir bandang, begitu juga dengan kecelakaan darat-laut-udara sering kita saksikan di berita televisi dan koran.
Seperti halnya hari ini, hujan deras mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak tadi malam hingga siang ini. Banjir sudah pasti terjadi. Hingga saya pun kena imbasnya, ke kantornya lebih molor dari biasanya. Habis Jum'atan baru berangkat, itupun masih kena hujan karena ga punya payung sehingga basah kuyup. Sering juga kita saksikan, banyak yang demo. Ada kebutuhan pokok yang harganya naik langsung demo, pedagang tempe gorengan demo, kenaikan BBM demo, gaji rendah demo, pendidikan mahal demo ingin digratiskan dan seterusnya dan seterusnya.
Intinya, banyak yang merasa hidupnya kurang sejahtera, selalu merasa kurang. Walaupun memang, ada yang kurang betulan dan ada juga yang sebenarnya cukup, tapi selalu merasa kurang.
Akhirnya sering disebutkan Indonesia negara yang miskin. Berbagai stigma negatif juga sering dilontarkan kepada Indonesia, oleh orang Indonesia sendiri maupun orang luar negeri setelah melihat kondisi Indonesia yang seperti ini.
Tapi, apakah sebenarnya terlalu seperti itu?
Sekali-kali, bolehlah main ke mall. Chikastuff tentu ahli dalam bidang ini karena sering kopdar di Mall :D. Kalau melihat kondisi Indonesia, seharusnya mall-mall elit itu sepi, hanya sedikit saja yang mau datang kesitu. Buat apa belanja ke mall elit yang harganya mahal? Di pasar bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah, mungkin bisa 10 kali atau 20 kali lebih murah dari harga mall.
Tapi faktanya, mall elit justru ramai oleh pengunjung. Apalagi tempat-tempat makan seperti kafe atau resto, selalu ramai. Karena mayoritas orang Indonesia adalah Pemuja Perut. Salah satunya tercermin dari blogger Indonesia yang merepresentasikan penduduk Indonesia tentunya. Hampir setiap kopdar selalu dibarengi dengan acara yang namanya MAKAN-MAKAN. Tentu dipilih tempat-tempat makan yang rasanya Mak Nyoosss (lidahnya kepanasan).
Kecuali, blogger-blogger yang ngumpul di mBeHa'I. Mungkin itu merepresentasikan penduduk Indonesia yang kurang sejahtera :D . Bagaimana tidak? kalau kopdar rutin lesehan cuman dibarengi dengan minum kopi yang harganya cuman Rp. 2.000. Kalaupun makan, itupun hanya makanan ringan yang dibawa dari rumah. Melasi banget yo? Begitulah :D
Saya pernah dapet voucher makan senilai Rp. 100.000 di salah satu resto di Senayan City. Wah... voucher senilai sebesar itu tentu akan cukup jika makan untuk dua orang saja, pikirku. Eh... pas pulang ternyata masih nambah Rp. 36.000. Padahal pesannya ya makan dan minum yang biasa, tidak aneh-aneh. Itupun tidak sampai kenyang. Tapi tempat itu kok ya ramai ya? Berarti satu porsi makan plus minum harganya sekitar Rp. 70.000. Sedangkan kalau saya makan di warteg langganan, rata-rata habisnya Rp. 5.000., itupun udah kenyang karena porsi warteg adalah porsi kuli.
Kebetulan juga, kalau saya diundang ke berbagai acara resmi. Menunya selalu enak-enak dan harganya pasti sangat mahal apalagi tempatnya di Hotel atau Resto. Kebetulan juga, setiap hari saya juga selalu makan di warteg atau penjual makanan di pinggir jalan. hehehhee.
Di Indonesia, orang antri beli sembako dan BBM adalah biasa disaksikan. Di Indonesia juga, orang antri panjang mengular untuk beli communicator seharga Rp. 15 juta juga lumrah. Akhir pekan kemarin, antri serupa juga terjadi pada saat peluncuran perdana Asus Eee PC yang harganya Rp. 3,6 juta - 3,9 juta itu. 300 laptop mini langsung ludes terjual, itupun masih separoan orang yang tidak kebagian sehingga terpaksa meninggalkan nomor kontak jika stok tersedia.
Harga segitu memang murah untuk kelas laptop, cocok untuk anak sekolah atau orang menengah kebawah yang ingin belajar komputer. Tapi siapa yang beli? Mayoritas adalah orang dari kelas menengah ke atas. Saya yakin, mereka di rumah kebanyakan sudah memiliki notebook yang tentu harganya mahal.
Antri sembako, sumber gambar tanpa ijin di sini.
Antri beli E90 communicator, comot gambar tanpa ijin di sana
Antre beli Asus Eee PC, comot gambar tanpa ijin sumber disitu
Kesenjangan sosial di Indonesia memang sangat terasa. Jurang pemisah antara si miskin dan si kaya sangat besar. Yang miskin memang banyak, tapi yang kaya juga bejibun. Yang miskin semiskin miskinnya banyak, yang kaya se kaya kayanya juga ada.
Ambil contoh yang kaya adalah keluarga Cendana, entahlah mengapa, walaupun saya sebenarnya sangat males menuliskan tokoh tersebut, akhirnya juga ikutan menulis, tapi tidak saya sebutkan namanya lo.... Keluarga tersebut memiliki kekayaan yang sangat berlimpah, di Indonesia apalagi di luar negeri. Rumah mewah, kapal pesiar, jalan tol, saham dan uang di bank tersebar di berbagai negara maju di dunia.
Keluarga Barie juga sempat diganjar Forbes Asia sebagai yang terkaya di Indonesia dengan kekayaan cuma USD 5,4 billion.
Sayangnya kita tidak mewarisi kekayaan mantan orang nomor 1 di Indonesia tersebut, kita hanya mewarisi utang trilyunan itu yang kita bayar lewat bayar pajak. Kita juga tidak kecipratan pundipundinya Ical, jangankan kita, korban lumpur Lapindo juga masih kesusahan. :P
Untungnya, sudah ada blogger yang bisa menjadi teladan dengan memiliki segepok uang hingga yang duitnya meteran :)
Jadi, Indonesia itu adalah negara kaya yang miskin atau negara miskin yang kaya? Trus, eniwe betewe baswe otewe, dimanakah posisi sampeyan?
COMMENTS