Agak ironis memang, tapi itulah yang terjadi. Tadi saya baru menerima press release yang disebar melalui salah satu milis media. Seperti ini...

Agak ironis memang, tapi itulah yang terjadi. Tadi saya baru menerima press release yang disebar melalui salah satu milis media. Seperti ini isinya.
Ketua SPS Telantarkan
Karyawan Indonesia Business Today
JAKARTA — Sungguh ironis, konglomerat pers yang juga ketua Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Dahlan Iskan, ternyata menelantarkan karyawannya. Itulah yang terjadi pada Harian Indonesia Business Today. Koran yang dimiliki oleh Dahlan Iskan tersebut, mulai Kamis (5/2) menghentikan kegiatannya.
Penghentian penerbitan tersebut merupakan puncak kekecewaan para awak Indonesia Business Today kepada Dahlan. Di antara kekecewaan tersebut adalah belum dibayarnya gaji karyawan. Karyawan sendiri sebenarnya sudah mencoba menuruti kemauan Dahlan yang mencoba melakukan efisiensi dengan mengubah koran yang berdiri sendiri menjadi sisipan di Indo Pos.
November 2008, di kantor Indonesia Business Today, di kawasan Fatmawati Jakarta, Dahlan mengatakan bahwa kondisi ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis pasti akan mengimbas ke Indonesia. “Sebelum krisis melanda, kita harus sudah mengantisipasinya,”ujar Dahlan ketika itu.
Karena itulah, lanjut Dahlan, ”Kita harus melakukan upaya agar tidak tergilas oleh krisis.” Solusi yang ditawarkan oleh Dahlan adalah melakukan penggabungan dua koran, yakni Indonesia Business Today dengan Indo Pos. Penggabungan itu dilakukan dengan pertimbangan bahwa masing-masing punya kelebihan. Indonesia Business Today kuat di rubrik-rubrik ekonomi, sementara Indo Pos, katanya kuat di politik.
Jika kelebihan-kelebihan itu digabungkan, tentu akan menghasilkan produk atau koran yang unggul di semua lini. Sehingga diharapkan, sinergi tersebut bisa menjadi senjata yang ampuh untuk memenangkan persaingan media cetak yang makin tajam belakangan ini.
Ketika ide itu dilontarkan, banyak karyawan Indonesia Business Today yang merasa resah. Karena bukan tidak mungkin jika itu dilakukan, pasti akan mengurangi jumlah karyawan. Hal itu bukan tanpa alasan. Soalnya, bagaimana mungkin mempertahankan jumlah karyawan yang ada sementara jumlah halaman yang harus dikerjakan dipotong hanya tinggal sepertiga. Yaitu dari 24 halaman menjadi hanya 8 halaman saja. Selain itu, divisi sirkulasi dan iklan juga akan disatukan.
Mulai Penggabungan
Rencana itu pun, mulai dijalankan. Beberapa kali rapat koordinasi dilakukan antara pihak Indo Pos dengan Indonesia Business Today. Nama-nama karyawan yang akan dipekerjakan dalam kerjasama ini pun mulai dibahas, termasuk berapa mereka akan menerima gaji.
Alangkah kagetnya para awak redaksi Indonesia Business Today ketika mendengar usulan dari Indo Pos, bahwa gaji karyawan Indonesia Business Today akan dipotong dengan besaran yang tidak tanggung-tanggung. Dalam kerjasama tersebut, awak Indonesia Business Today akan dipotong gajinya antara 20 persen sampai 50 persen. Bahkan ada yang diturunkan posisinya dari redaktur menjadi reporter dengan potongan gaji hingga 70 persen. Selain itu, dari sekitar 130 karyawan yang ada, hanya 28 yang akan diterima menjadi bagian koran Indo Pos baru tersebut. Mereka adalah awak redaksi semua.
Tentu saja usulan tersebut sangat memukul para awak Indonesia Business Today. Manajemen mengusulkan agar Indonesia Business Today ditutup, dengan pemberian hak yang seharusnya diterima karyawan. Sebab, dengan hanya 28 orang yang “diangkat” sebagai karyawan percobaan di Indo Pos artinya Indonesia Business Today sudah mati.
Dalam pertemuan 30 Desember 2008, antara Komisaris Utama PT Indonesia Business Today Dahlan Iskan dengan Direktur Utama PT Indonesia Business Today Nanik S Deyang, disepakati Indonesia Business Today tetap terbit namun jadi sisipan Indo Pos. Tidak ada pemutusan hubungan kerja. Namun, gaji karyawan direvisi dengan potongan 10 persen hingga 25 persen, sesuai posisi karyawan. Maka, sejak 5 Januari 2009, resmilah Indo Pos cetak 32 halaman dengan 8 halaman Indonesia Business Today.
Meski dikatakan tidak ada pengurangan karyawan, namun dengan 8 halaman tersisa mau tidak mau tetap ada karyawan yang diberhentikan, baik redaksi maupun terutama nonredaksi. Pada Januari 2009 ini, ada 76 karyawan redaksi dan nonredaksi di-PHK tanpa pesangon.
Rupanya, kesepakatan hanya tinggal kesepakatan, karena Dahlan Iskan sama sekali tidak menepati janji. Akhir Januari 2009, para awak Indonesia Business Today ternyata tidak menerima gaji seperti yang dijanjikan. Sepekan sebelum tanggal gajian, manajemen sudah menghubungi Dahlan Iskan, namun tak pernah sekali pun dijawab.
Pada hari Senin, 2 Januari 2009, pihak Indo Pos menginformasikan bahwa mereka hanya membayar gaji 28 orang yang pertama kali mereka “minta bergabung di Indo Pos”. Sementara karyawan lain, termasuk awak produksi yang me-layout Indonesia Business Today, tidak diberi gaji. Tentu saja hal ini ditolak, karena kesepakatan 30 Desember 2008 dengan Dahlan Iskan tidak demikian. Dahlan Iskan sendiri tak bisa dihubungi. Telepon tak diangkat, SMS tak dijawab.
Tanggal 4 Februari 2009, karyawan meminta direksi untuk memberi kepastian, apakah bulan Febuari ini karyawan yang bekerja tetap akan digaji. Direksi tidak berani memberi kepastian, karena gaji bulan Januari saja belum dibayar. Bahkan, hingga Sabtu, 7 Februari 2009, tak sepeser pun dana dari Dahlan Iskan maupun Indo Pos yang dikirimkan.
Karena direksi tak memberi kepastian, karyawan pun memutuskan untuk mogok tidak bekerja. (*)
Informasi lebih lanjut:
Wahid Rahmanto
(Ketua Forum Karyawan Indonesia Business Today)
Saya pernah dengar ada pameo yang walaupun mungkin tidak sepenuhnya benar mengatakan, “kalau ingin kaya, jangan jadi wartawan”. Profesi wartawan memang tidak menjanjikan harta menggiurkan seperti yang lain. Maka dari itu, berfikir ulanglah jika mau menjalani profesi ini :D.
COMMENTS