[caption id=”attachment_627" align=”aligncenter” width=”700"] Berfoto bersama di lobi kantor pusat HTC Taiwan[/caption] Kantor pus...
[caption id=”attachment_627" align=”aligncenter” width=”700"]
Berfoto bersama di lobi kantor pusat HTC Taiwan[/caption]
Kantor pusat HTC di Taipei yang baru diresmikan Juni 2012 ternyata tidak sekadar bangunan biasa. Ada nilai filosofis yang terkandung baik di bangunan gedung maupun produk yang dihasilkan, sebagai pengejawantahan dari visi, nilai dan semangat inovasi perusahaan.
Rasa lelah terkungkung berjam-jam di dalam pesawat dari Jakarta langsung sirna ketika kaki menjejakkan tanah di Taipei. Hawa dingin menusuk kulit berpadu hujan rintik-rintik menyambut kehadiran saya pada kunjungan perdana ke ibu kota Taiwan pada pertengahan Desember ini. Taipei, seperti halnya Jakarta adalah pusat politik, ekonomi, dan budaya. Namun, kota megapolitan ini jauh lebih maju dan tertata menjadi salah satu pilar ekonomi dunia dengan banyaknya industri global yang berdiri. Di sinilah, lahir sejumlah perusahaan teknologi bertaraf internasional yang produknya sering kita jumpai di pasar. Diantaranya adalah Acer, Asus, Ben-Q, D-Link, TrendMicro, Transcend, dan tak keinggalan HTC, yang dikenal sebagai produsen smartphone berkelas premium. Di perusahaan yang disebutkan terakhir itulah tujuan saya dan empat rekan jurnalis lainnya dari Jakarta berkunjung ke Taipei. Melalui tulisan ini, saya mencoba berbagi “oleh-oleh” hasil kunjungan saya selama berada di sana.
Untuk diketahui, HTC lahir pada tahun 1997 yang merupakan buah dari ide brilian pendirinya: HT Cho dan Cher Wang. Dulunya, HTC lebih dikenal sebagai perusahaan manufaktur yang merakit smartphone berdasarkan pemesanan dari vendor. Lambat laun, perusahaan berkembang dan mulai memproduksi smartphone dengan merek sendiri pada tahun 2006. Selama bertahun-tahun itu pula, kantor operasional perusahaan yang sekarang dikomandani oleh Peter Chou ini menyatu dengan pabrik yang berlokasi di kawasan industri dekat Bandara internasional Taoyuan. Kerja keras itu membuahkan hasil. Sejak bulan Juni 2012, mereka telah memiliki kantor pusat yang berlokasi di New Taipei City, bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-15. Sayang sekali, saya tidak berkesempatan mengunjungi pabriknya untuk melihat secara langsung proses produksi pembuatan smartphone. Karena yang ada di agenda hanya kunjungan ke kantor pusatnya yang masih kinyis-kinyis itu.
Gedung ramah lingkungan
Kantor pusat HTC berdiri megah di Jalan Zhongxing, distrik Xindian. Ada aura baru yang terpancar ketika memasuki gedung berwarna putih ini. Albert Lin, Senior Brand Manager HTC, dengan ramah menyambut kedatangan kami sambil menjelaskan perihal konsep gedung HTC yang masih seumur jagung ini. Yang menarik, gedung dengan 17 lantai tersebut ternyata tidak sekadar bangunan yang kokoh berdiri. Ada nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, sebagai pengejawantahan dari visi, nilai dan semangat inovasi perusahaan.
“Markas baru ini menggambarkan komitmen HTC untuk menciptakan pengalaman mobile inovatif yang membuat hidup konsumen lebih mudah dan lebih produktif,” ujar Albert. Menurutnya, desain gedung yang kontemporer ini berakar pada pemikiran menjaga kelestarian lingkungan dengan ruang yang menyampaikan pesan humanis, keahlian, kesederhanaan, dan kegembiraan. Garis-garis bersih dan atrium lobi yang luas memaksimalkan cahaya alami dan meningkatkan aliran udara, membantu mengurangi jejak karbon bangunan sekaligus memberi makna komunikasi terbuka.
Berada di gedung ini memang menyenangkan. Beraneka fasilitas telah disediakan lengkap. Kami diberi kesempatan untuk melihat beberapa ruang yang ada. Jadi, gedung ini tak hanya berisi sekat-sekat kantor yang menjemukan, tetapi juga fasilitas yang sifatnya refreshing. Karena disediakan area khusus untuk olahraga berbagai jenis, food court gratis, dan sebagainya. Di gedung ramah lingkungan inilah, sebanyak 2 ribu karyawan bersemayam, termasuk diantaranya lebih dari 1.000 staff desain dan R&D yang berkreasi menciptakan smartphone inovatif kepada konsumen di seluruh dunia.
[caption id=”attachment_631" align=”aligncenter” width=”394"]
Area Atrium yang dimanfaatkan untuk galeri seni. Beberapa patung kontemporer karya seniman Ju Ming bisa ditonton di sini.[/caption]
Teknologi yang personal
Setelah melihat beberapa sudut ruangan dengan aneka fasilitasnya, kami masuk ke ruang meeting dan bertemu dengan Zoey Chia, Director Brand Management HTC. “Menemukan cara terbaik untuk mengintegrasikan teknologi state-of-the-art dengan kemudahan pengalaman pengguna, selalu dan akan selalu, menjadi semangat kami,” kata Zoey. Wanita berparas ayu tersebut mengungkapkan bahwa dengan menempatkan orang atau pengguna sebagai pusat dari segala sesuatu yang dilakukannya, HTC mendorong batas-batas desain dan teknologi untuk menciptakan pengalaman inovatif dan personal bagi konsumen di seluruh dunia. Intinya, berdasarkan point of view dari HTC bahwa mobile is personal. Karena perangkat bergerak dianggap sebagai instrument dari ekspresi individual yang selalu dibawa kemanapun pergi. Karena itulah mereka mengembangkan desain yang elegan dengan antarmuka yang intuitif.
Ada dua hal yang kini menjadi fokus dari HTC, yaitu kamera dan audio. Berbicara mengenai kamera, HTC memiliki pandangan yang menarik. “Kamera itu sebainya intuitif seperti fokus mata pada manusia,” kata Albert sambil memberitahu bahwa ketika melihat sesuatu, kecepatan fokus yang diperlukan mata manusia adalah 0,3 detik. Dari landasan itu, HTC mengembangkan teknologi imaging sehingga smartphone terbaru kami (seri premium HTC One) memiliki kamera dengan kecepatan fokus 0,2 detik dan kecepatan memotret 0,7 detik. “Sehingga tak perlu lagi menunggu dan kehilangan momen,” ujarnya dengan senyum mengembang.
Sedangkan untuk audio, HTC mengintegrasikan dengan teknologi dari Beats Audio yang mana perusahaan memiliki saham di sini. Albert mengatakan, ”Suara yang otentik adalah prioritas kami. Karena ini bukan hanya soal musik, melainkan kualitas suara.” Bagi HTC, perangkat mobile bukan berarti cuma smartphone, tetapi sistem hiburan audio-video, pusat kendali komunikasi, dan ekspresi individu yang semuanya merupakan satu kesatuan.
Tantangan
Berbagai penghargaan telah diraih oleh HTC. Tahun 2011 merupakan era keemasan bagi HTC karena menggondol beberapa prestasi yang prestisius. GSMA menobatkan HTC sebagai “Device Manufacturer of the Year”. Kemudian Interbrand memasukkannya ke dalam Top 100 Best Global Brands, menjadikan HTC perusahaan Taiwan pertama yang masuk daftar prestisius ini dengan valuasi US$ 3,6 miliar.
Sebaliknya, di tahun 2012 kondisi perusahaan kurang menggembirakan terutama pada kinerja keuangan. Albert membagi data bahwa kecepatan penjualan produk HTC di seluruh dunia saat ini adalah 0,58 dalam satu hari. Angka yang terbilang kecil, sehingga perusahaan semakin terlecut untuk terus berkreasi menghasilkan produk inovatif. Selain itu juga berupaya membuat strategi jitu. Salah satunya adalah dengan menjalin kemitraan selama tiga musim di kompetisi sepak bola bergensi UEFA Champion League dan UEFA Europa League yang dimulai pada Januari 2013. Dengan kerjasama tersebut, HTC bisa mempromosikan model terbaru bagi penggemar sepak bola di seluruh dunia. Singkatnya, perusahaan ini berhasrat menjadi salah satu merek terbaik di dunia.
Itulah sekelumit oleh-oleh kisah yang saya bawakan. Sebenarnya masih banyak kisah lain selama dua hari dua malam efektif di Taipei. Semoga ada waktu untuk membaginya di blog ini :)
COMMENTS