Tantangan Mendidik Anak di Era Digital

Ilustrasi sang ayah menemani anak saat mengakses gawai. M endidik anak zaman sekarang memberi tantangan tersendiri bagi para orang tua sebab...

Ilustrasi sang ayah menemani anak saat mengakses gawai.

Mendidik anak zaman sekarang memberi tantangan tersendiri bagi para orang tua sebab mereka tergolong sebagai generasi digital native. Hal itu yang katakan oleh mbak Ainun Chomsun, pemerhati literasi digital sekaligus founder Akademi Berbagi.

Walau jarang bertemu, saya sudah berteman dengannya cukup lama. Tepatnya saat masih sama-sama suka gojek kere (dia sih nggak, akunya yang kere) di Bunderan HI, sepuluh tahunan yang lalu.

Selain rutinitas pekerjaan, dia juga disibukkan dengan kegiatan sosial yang dirintisnya yaitu Akademi Berbagi. Dia adalah salah satu sosok wanita hebat inspiratif yang saya kagumi. Kartini zaman now lah.

Saat di peluncuran tablet Samsung Galaxy Tab A di bilangan Senopati, Jakarta, beberapa hari yang lalu, dia bercerita panjang lebar mengenai tantangan orang tua masa kini dalam mendidik anak. Di mana zaman sudah berubah, tidak seperti dulu lagi, akibat dari perkembangan teknologi.

Menurutnya, hidup di era digital membuat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan lebih dinamis. Tak jarang mereka memiliki wawasan yang lebih luas dari orang tua.

Teknologi telah memudahkan anak-anak mendapatkan informasi tak hanya dari orang tua atau guru. Anak tumbuh berkembang dan lebih dinamis, bahkan tak jarang mereka memiliki wawasan yang lebih luas dari orang tua atau guru.

Dengan adanya gadget, kita jangan menghindari karena ini sudah menjadi bagian dari keseharian anak yang tergolong digital native. Anak harus didampingi dan tahu apa yang dilakukan ketika beraktivitas online.

Gadget juga bisa menciptakan keakraban atau quality time dengan anak, menjadi sumber obrolan, bahan belajar bersama dan lainnya.

“Orang tua yang cerdas dan fasih memanfaatkan teknologi tentunya dapat lebih memanfaatkan gawai untuk berkreasi menciptakan berbagai aktivitas yang melibatkan anak serta seluruh anggota keluarga dengan lebih menarik,” ujarnya.

Mbak Ainun Chomsun (keempat dari kiri)

Dengan memanfaatkan gawai, belajar dan menyelesaikan tugas sekolah menjadi tidak membosankan. Eksplorasi terhadap minat dan bakat anak pun bisa dijalankan secara lebih atraktif. Misalnya dengan menonton secara bersama konten-konten video yang berhubungan dengan hobi mereka.

Ia menambahkan, ketika orang tua telah fasih dan cermat dalam menggunakan gawai, maka anak juga dapat memetik berbagai manfaat, seperti mencari referensi kreasi prakarya, informasi yang memperkaya pengetahuan, atau bahkan belajar memainkan alat musik.

“Orang tua yang fasih digital dapat memanfaatkan gawai tak hanya sebagai piranti untuk mencari referensi pola asuh anak, namun juga dapat menggunakannya sebagai sarana eksplorasi berbagai kegiatan positif bersama keluarga guna merekatkan hubungan keluarga,” kata Ainun Chomsun.

Jadi, pameo yang menyebutkan bahwa gadget bisa menjauhkan yang dekat dan menjauhkan yang dekat tidak sepenuhnya benar. Tergantung dari masing-masing pribadinya seperti apa.

Karena dengan gawai, kita bisa menciptakan kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga. Membahas banyak hal dari konten yang ditonton bareng-bareng. Di sisi lain, memang banyak juga yang justru asyik dengan gawainya masing-masing. Tergantung pilih yang mana. Kalau kamu?